Pair of Vintage Old School Fru
HomeGuestbookAboutForumNews
Indahnya Shubuh Berjamaah di Masjid
By Difan, On 16-05-2017
Under: Catatanku.
Dibaca: X
Shubuh

Shubuh berjamaah sebenarnya sudah pernah dan sering saya lakukan tapi hanya saat momen Ramadhan saja :D. Ya masih mendinglah lah daripada tidak shalat berjamaah sama sekali. Setiap Ramadhan saya usahakan Shubuh berjamaah di Masjid sebulan penuh, tidak hanya Shubuh, tapi juga shalat-shalat fardhu lainnya saya lakukan berjamaah di Masjid.

Ada rasa nikmat saat melaksanakan Shubuh berjamaah apalagi pas dalam perjalanan ke Masjid, suasananya adem, lengang. Timbul niat tak ingin meninggalkan Shubuh berjamaah lagi, saya ingin lakukan terus walau Ramadhan telah usai. Namun niat tinggal niat, beberapa tahun yang lalu, setelah Ramadhan usai, esok Shubuhnya di awal Syawal seperti biasa saya bangun untuk melaksanakan shalat di Masjid. Gembira di hati karena bisa terbangun di pagi Shubuh yang dingin, karena tak bisa setiap hari saya terjaga saat sepertiga malam. Ketika Ramadhan, saya bisa Shubuh di Masjid setiap hari karena ada makan sahur, itu pun dibangunkan oleh emak :D. Ya, waktu itu saya ga bisa setiap malam bangun untuk shalat lail dilanjutkan Shubuh di Masjid, bayangkan betapa sedihnya. Ok kembali ke topik. Setelah sampai di depan masjid kok sepi ya? Pintu pagar masih di gembok. Tak ada tanda-tanda Masjid beraktifitas. Pada kemana orangnya? Sementara lantunan murottal Al-Qur'an terdengar di segala penjuru, maklum di tempat saya banyak Masjid. Waktu sudah mau adzan Shubuh. Akhirnya saya putuskan pulang ke rumah, eh ga berapa lama datang pengurus Masjid membukakan pintu pagar.

"Saya kira Masjid ga buka Pak?" tanya saya kepada bapak pengurus Masjid.

"Oh buka kok, ini tadi yang biasa bukain gembok pagar ga datang, jadi terpaksa saya yang bukain?" sahut bapak tadi.

Saya bergegas masuk Masjid, ga berapa lama adzan bersahutan di Masjid-Masjid sekitar. Akhirnya jamaah Masjid ini pun berdatangan. Tapi kok cuma 3 orang. Lainnya mana? Ga berapa lama pun muadzin mengumandangkan adzan.

Wah benar lho, saya kehilangan semangat dengan peristiwa itu. Shalat Shubuh, jamaahnya cuma 4 orang. MasyaAllah, pada kemana manusianya ya? Apa pada pulang mudik, ini kan hari pertama lebaran? Tapi kelewatan dong, masa jamaahnya cuma 4 orang? Padahal pas Ramadhan, Masjid ramai penghuninya. Beginilah potret umat Islam sekarang ini ya? Masjid ramai pas ada momen hari-hari besar keagamaan, saat berlalu hari-hari istimewa tersebut, maka Masjid pun sepi ditinggalkan umatnya. Kebetulan Masjid yang saya datangi waktu itu adalah Masjid Taqwa milik Muhammadiyah. Berapa banyak lah warga Muhammadiyah di suatu cabang daerah? Itu pun dibagi lagi, berapa banyak warga Muhammadiyah yang mau shalat berjamaah di Masjid? Kalau warga non Muhammadiyah mungkin segan shalat di Masjid Taqwa ini. Mungkin jamaah non Muhammadiyah segan untuk shalat disini. Biasa lah, kita kan lebih nyaman shalat di masjid kelompok kita kan?
Beda dengan Masjid kebanyakan milik Al-Washliyah. Jamaahnya lumayan saat shalat berjamaah di Masjid, sampai 2 shaf. Mayoritas umat Islam Medan adalah warga Al-Washliyah, jadi bisa dimaklumi. Organisasi ini amaliyahnya mirip NU (Nahdhatul Ulama).

Ya sudah, akhir besok-besok saya ga Shubuhan lagi di Masjid. Begitu terus, saya hanya berjamaah pas saat Ramadhan saja. Ada sih keinginan untuk terus shalat berjamaah di Masjid walau tak bulan Ramadhan. Tapi waktunya ga mendukung, saya cuma berniat dalam hati, nanti kalau saya sudah punya istri, saya akan shalat berjamaah di Masjid. Walau hati saya rasanya malu dicap munafik karena tak shalat di Masjid.

Akhirnya Allah SWT berikan saya taufiq dan hidayahNya (Wallahu'alam). Dua bulan yang lalu, saat saya menghadiri pengajian rutin di Jum'at malam. Seorang ustadz menyampaikan tausyiahnya tentang shalat berjamaah di Masjid. Beliau tak sungkan-sungkan langsung memperingatkan jamaahnya.

"Bapak-bapak, semua jamaah yang hadir disini, kalau shalat, di Masjid apa di rumah?" "Ayo jujur saja sama saya, jangan malu-malu?" sahut beliau.

Para jamaah cuma cengengesan, tersipu-sipu malu :D. Ternyata banyak diantara jamaah tak sering melaksanakan shalat berjamaah di Masjid.

"Untuk para pengurus ranting, saya sampaikan kepada anda-anda semua. Jangan mengaku orang Muhammadiyah, jika tak pernah shalat berjamaah di Masjid!" "Saya akan pantau siapa-siapa para pengurus ranting yang shalat di Masjid atau tidak. Tak mesti di Masjid Taqwa milik Muhammadiyah ini, bapak-bapak bisa shalat di Masjid-masjid dekat rumah!" tandas beliau. Jleb, kena semua hadirin jamaah yang ada disitu termasuk saya.
Ya kebetulan pengajian yang saya ikuti ini adalah Muhammadiyah, hehe.. :D

Sang ustadz memberitahukan keutamaan shalat berjamaah di Masjid serta konsekwensi meninggalkannya. Apa yang beliau sampaikan tersimpan di otak saya. Terasa mengena sindiran beliau. Memang sih teguran itu ditujukan untuk para pimpinan ranting, tapi sebagai umat Muslim saya kan merasa juga. Anda ridha tidak dikatakan termasuk golongan orang Munafik?

Saya coba niatkan untuk shalat berjamaah mulai besok. Kalau tunggu sampai saya punya istri baru bisa shalat, kapan selesainya, kalau besok saya dipanggil Allah, lha gimana? Ya sudah, saya usahakan besok mau shalat berjamaah di Masjid. Walau saya ga yakin bisa bangun tidak, dini hari sekalian shalat Lail?

Malamnya sebelum tidur saya berwudhu dan berdoa semoga bisa terbangun tengah malam. Eh beneran terbangun, jam setengah 4 dini hari saya tersentak. Saya coba kuatkan badan untuk bangkit dari tempat tidur, bersamaan dengan itu terdengar suara kokok ayam jantan tak jauh dari rumah saya. Mendengar kokok ayam jantan, saya jadi semangat, kokok ayam jantan enak didengar, kesannya seperti dalam suasana cerah. Akhirnya saya berwudhu, dan melaksanakan shalat Lail. Mendekati adzan Shubuh saya pun bergegas pergi ke Masjid. Inilah awal saya melakukan shalat berjamaah di Masjid.

Entah kenapa besoknya saya tersentak lagi jam setengah 4 dini hari, ga pake setel alarm lho. Alhamdulillah, dari sini saya berdoa kepada Allah, semoga ibadah yang saya lakukan ini bisa terus saya pelihara dan bukan musim-musiman. Sampai sekarang saya bisa terjaga dini hari Sob. Biasanya susahnya minta ampun.

Diantara shalat-shalat fardhu berjamaah, yang saya sukai cuma shalat Shubuh ini. Entah kenapa rasanya damai dan adem. Saat berjalan menuju Masjid saya suka perhatiin suasana di sekitar. Rumah-rumah warga masih tutup, ada 1-2 rumah yang pintunya terbuka dan penghuninya melakukan aktifitasnya. Rasanya melihat semua itu nikmat sekali, ada kesan damai, hehe, saya ga kelainan jiwa kan? Masjid di dekat rumah saya ada dua, sebelah kiri dan kanan, dua-duanya milik warga Al-Washliyah. Yang kanan agak jauhan, saya sering pilih yang jauhan, supaya sekalian bisa sport pagi, hehe..

Ya itu lah sob, akhirnya saya keterusan bisa shalat lail tiap malam dan skalian Shubuh berjamaah. Tentu tak hanya Shubuh, melainkan shalat-shalat fardhu lainnya saya laksanakan berjamaah di Masjid, kecuali Maghrib, saat ini belum bisa saya lakukan berjamaah. Semoga kedepannya bisa terealisasi.

Artikel ini saya terbitkan hanya sebagai pengalaman spritual saya, ga ada bermaksud riya atau unjuk pamer ibadah. Semoga artikel ini ada manfaatnya, kepada Allah saya mohon ampun atas segala kesalahan. Aamiin.

SELAMAT MENYAMBUT RAMADHAN 1438 HIJRIYAH. MARHABAN YA RAMADHAN!Oh buka kok, ini tadi yang biasa bukain gembok pagar ga datang, jadi terpaksa saya yang bukain?Oh buka kok, ini tadi yang biasa bukain gembok pagar ga datang, jadi terpaksa saya yang bukain?
Tag: indahnya, shubuh, berjamaah, di, masjid
Terima kasih sudah membaca artikel Indahnya Shubuh Berjamaah di Masjid. Jika menurut Anda artikel ini bermanfaat silakan bagikan ke teman-teman Anda!
This post has no comments - be the first one!
Subcribe to comment feed RSS
Gen: 0.0003 Sec.Online: 1