Old school Easter eggs.
HomeGuestbookAboutForumNews
Revolusi dan Kudeta, Na'udzubillah...
By Difan, On 06-01-2017
Under: Opini.
Dibaca: X
images

Sekedar pencerahan.

Pendapat sebagian kalangan yang mengharamkan demonstrasi secara mutlak, sebenarnya tidak bisa kita salahkan juga. Pengharaman itu berdasarkan kaedah fiqih memang sudah benar. secara fiqhiyyah, pengharaman itu benar. artinya, disana ada ‘illah (alasan kuat) sehingga hukum demonstrasi itu menjadi haram menurut ijtihad mereka. Kita tidak bisa salahkan itu. karena memang mengingkari kemungkaran jangan sampai dengan mendatangkan kemungkaran yang lebih besar. Ini kaedahnya. Sampai pada garis ini mereka benar.

Nah hanya saja, kawan-kawan kita yang mengharamkan demonstrasi secara mutlak ini TIDAK BERLAPANG DADA UNTUK MENERIMA PENDAPAT ATAU IJTIHAD LAIN yang berbeda dengan mereka. Disitu saja kekurangan mereka. harusnya, mereka MEMBUKA HATI untuk menerima ijtihad kalangan lain yang berbeda dengan mereka. sebab, 'illah dari pengharaman itu pun bersifat nisbi dan ijtihadi, tidak bisa di tetapkan begitu saja. Sifatnya relatif. disesuaikan dengan kondisi kekinian. Terbukti, demonstrasi/unjuk rasa itu pernah dilakukan oleh banyak ulama terdahulu. dan itu tercatat dalam tinta sejarah. ditambah lagi, masalah demonstrasi adalah masalah yang bukan ushul (pokok agama) dan pengharamannya tidak mencapai tingkat ijma'.

Sisi lainnya adalah, mereka menjadikan fatwa ulama di negeri lain sebagai tolok ukur kebenaran dengan meninggalkan fatwa ulama yang ada di negeri ini. Nah, sikap inilah yang menimbulkan percikan dan gesekan diantara sesama manhaj salaf. ADAPUN REVOLUSI, kudeta, berontak, atau yang semacamnya, adalah cara yang kurang bersahaja. Meskipun secara hukum fiqih, boleh. Tidak berdosa. apalagi yang di revolusi/kudeta bukan pemerintahan islami. Dan para pengkudeta tidak bisa di katakan khawarij. Karena khawarij disebut khawarij disebabkan mereka memberontak pemerintah islami yang menjadikan Al-Qur'an dan As- Sunnah sebagai Undang-undang secara kulli (total).

Tapi, cara memberontak/revolusi itu sangat besar madhorotnya. Sekali lagi, sangat besar madhorotnya. Jika anda tidak ingin menyaksikan nyawa kaum muslimin melayang sia-sia, anak-anak menjadi yatim, para wanita menjadi janda, maka HINDARI PINTU-PINTU yang dapat mengantarkan ke sana. Bersabar dengan kezholiman penguasa yang ada, dengan tetap menunaikan amar ma'ruf nahi mungkar dan terus mendoakannya. Kekuatan doa jauh lebih dahsyat ketimbang kekuatan emosional.
  1. Ummat sangat lemah; lemah mental dan lemah iman.
  2. Tidak punya persiapan dan persenjataan.
  3. Minim ilmu dan semakin jauh dari ahli ilmu.
Merevolusi pemerintah sekuler dan menggantikannya dengan pemerintahan sekuler yang baru. yo podo mawon. Sedangkan Jihad itu dengan ilmu, bukan dengan WhatsAppan. Jihad dengan ilmu dan persiapan, bukan dengan asyik facebookan. Mental pemberani yang berjiwa Qur'ani dan tidak takut mati itu masih berupa teori, belum terbukti dan teruji. kalaupun ada, masih bayang-bayang. Mau revolusi??, lha di tembak gas air mata saja sudah lari, itu namanya mujahid kelas teri.

Mari bersabar jika anda tidak ingin melihat indonesia menjadi Suriah ke dua. Orang cerdas akan menghindari cara-cara seperti ini. Jangan tersulut emosi kita. semuanya pertimbangkan dengan matang, karena perjuangan kita masih panjang. Kita boleh marah, tetapi tetap terkendali. Sekali lagi, sabar atas kezholiman yang ada dengan tetap melakukan kritik terbuka, melakukan perbaikan diberbagai lini, kuatkan Aqidah dan iman kita kepada Dzat yang maha perkasa, satukan barisan dan hindari perpecahan, doakan pemerintah yang ada, kemudian serahkan semuanya kepada Rabbul ‘izzah wal jalalah. Wallahu A'lam.

(Maaher At~Thuwailibi)
Tag: Revolusi, dan, Kudeta, Naudzubillah
Terima kasih sudah membaca artikel Revolusi dan Kudeta, Na'udzubillah.... Jika menurut Anda artikel ini bermanfaat silakan bagikan ke teman-teman Anda!
Show responses to "Revolusi dan Kudeta, Na'udzubillah..."
Subcribe to comment feed RSS
aey07
on 07-01-2017

absen malam mbaaah

Gen: 0.0015 Sec.Online: 1